TOL LAUT: No Shipping, No Shopping Author: Miftahol Arifin, ST., MT. Tol laut? Mungkin semua pernah dengar tapi tidak semua memahami apa esensi dari tol laut yang di gagas oleh pemerintah. Apa mau bikin tol di atas laut? Apakah toll laut itu sama seperti jembatan suramadu, atau Tol Laut itu sama seperti Jalan Tol Bali Mandara, yang merupakan jalan Tol terapung pertama di Indonesia, membentang sepanjang 12,7 km diatas laut, menghubungkan Benoa, Ngurah Rai Tuban, dan Nusa Dua. Salah satu alasan dari ide tol laut adalah soal biaya logistik. Tak bisa di pungkiri biaya logistik di Indonesia masih cukup mahal. Kenapa bisa mahal? Karena adanya agen, makelar broker yang jadi perantara (internediasi) dalam proses pengiriman logistik. Jadi kalo mau mengirimkan suatu barang misalnya jeruk dari Purwokerto ke Jakarta maka harus melalui petani ke pengepul lalu pedagang antar kota terus pedagang antar propinsi lanjut lagi ke pasar induk di Jakarta lalu pedagang pengecer baru sampai ke tangan end user (konsumen). Pada setiap titik perantara tentu mengambil profit sehingga disparitas harga dari petani ke konsumen akan menjadi beban konsumen. Ini baru dari logistik darat. Bagaimana dengan pengiriman via laut? Tol laut lebih menekankan akan pentingnya jalur kapal-kapal besar pengangkut logistik, dari indonesia barat ke indonesia timur dan sebaliknya seperti pendulum (bandul). Berangkat mengangkut barang, pulang kembali (diharapkan) membawa barang. Tujuannya agar ongkos logistik yang sangat besar bisa ditekan jika jalur kapal-kapal besar tersebut bolak-balik. Ibaratnya barang-barang dari jakarta bisa sekalian diangkut ke papua di timur, atau belawan di barat. Jadi walaupun pusat ekonomi di jakarta atau priok, daerah lain di timur dan barat tetap bisa menikmati harga barang yang murah. Pemerataan distribusi. Untuk merealisasikan ide Tol Laut tentu tidaklah mudah. Perlu kesiapan banyak sector dan anggaran yang besar untuk membangun Pelabuhan. Termasuk terus berupaya memberikan dukungan pada berdirinya industri-industri potensial di luar jawa. Kenapa diperlukan kesiapan pelabuhan dan industri? karena ketika kapal mengirim barang ke papua misalnya, tidak membawa muatan kosong ketika balik ke jawa (Jakarta). Pergi ke papua bawa muatan, pulangnya juga ada muatan. Ini akan mengurangi biaya logistik. Gambar 1. Skema Pengembangan Tol Laut Sumber : Bappenas dalam kargo.tech Jadi, Tol laut ibaratnya seperti pendulum atau bandul (benda yang terikat pada sebuah tali dan dapat berayun secara periodik) dimana pemerintah menentukan jalur pelayaran yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan di Indonesia untuk mengurangi disparitas harga antar kawasan di Indonesia. Kalau dalam istilah logistik disebut bachkhull, mengirim barang dengan kapasitas penuh, maka ketika kembali ke titik keberangkatan awal juga dalam kapasitas penuh, sehingga biaya logistik per unit barang menjadi murah dan tentu ini akan menguntungkan konsumen. Misalnya, dari pelabuhan Surabaya melakukan pengiriman bahan pokok ke pulau Sabu (pulau di NTT) maka sebelum adanya tol laut, kapal harus bongkar kontainer di kupang, dari kupang baru di lanjutkan lagi menggunakan truk tronton kemudian dengan kapal feri di kirim ke pulau sabu. Ini akan mengakibatkan biaya pengiriman menjadi sangat mahal dan ini akan di tanggung oleh konsumen. Harga bahan pokok bisa menjadi mahal. Namum dengan adanya tol laut, distribusi logistik ke perbatasan bisa jauh lebih murah karena kapal bisa langsung tiba di tujuan tanpa harus melakukan bongkar muatan terlebih dulu di pelabuhan lain. Jadi pada dasarnya tol laut adalah suatu armada kapal yang dikhususkan untuk mengantarkan bahan bahan logistik langsung ke daerah daerah pinggiran tanpa melalui perantara pelabuhan utama terdekat agar dapat mengurangi biaya yang di tanggung oleh konsumen. No Shipping, No Shopping .
Read MorePemanfaatan Blockchain dalam Dunia Logistik Author: Yulinda Kehadiran Blockchain awalnya dianggap aneh dan tabu, namun secara perlahan-lahan sistem ini mulai diminati berbagai bidang. Semenjak awal meledaknya pemberitaan tentang Bitcoin, konsep Blockchain menggema ke mana-mana. Seakan jadi awal baru dari konsep Blockchain cukup menarik diterapkan ke berbagai bidang, bukan hanya sistem keuangan. Beberapa sektor lain seperti logistik, perdagangan, manufaktur, pelayanan publik sudah mulai mengadopsi teknologi blockchain di dalam bisnis prosesnya. Teknologi ini banyak digunakan untuk menjustifikasi apakah eksistensi usaha mereka masih relevan dalam persaingan pasar. Sistem blockchain memudahkan pencatatan transaksi, membuat transaksi lebih transparan, efisien sekaligus lebih aman. Salah satu sektor yang termasuk paling terbantu dengan kehadiran teknologi blokchain adalah sektor logistik. Banyak perusahaan raksasa global di sektor logistik, seperti Maersk & DHL telah mengadopsi teknologi blockchain. Blockchain adalah sebuah sistem penyimpanan data digital yang terdiri dari banyak server (multiserver). Pada teknologi blockchain, data yang dibuat oleh satu server dapat direplikasi dan diverifikasi oleh server yang lain. Oleh karenanya, blockchain sering diibaratkan sebagai buku kas induk bank yang memuat semua data transaksi nasabah. Secara sederhanana dalam industri logistik, cara kerja blockchain adalah memecah setiap proses/gerakan produk atau jasa menjadi unit blok, dan transaksi dalam setiap blok akan didokumentasikan setiap kali produk atau jasa berpindah tangan. Dengan mengaitkan blok bersama-sama, semua orang dapat melihat siapa yang terlibat dalam suatu proses dan dapat ditelusuri detail spesifiknya. Jejak digital dapat terekam secara permanen saat produk mulai bergerak di seluruh rantai pasok dari hulu hingga hilir. Tujuannya adalah untuk menciptakan satu versi yang real, menghubungkan informasi, menciptakan transparansi seputar semua pihak yang terlibat dalam rantai pasok, dan mengidentifikasi bagaimana mereka berpartisipasi dalam arus barang atau jasa. Teknologi ini tidak dimiliki atau dikontrol oleh hanya salah satu mitra dagang saja, tetapi sistem blockchain dapat digunakan oleh semua mitra. Di Indonesia, teknologi blockchain sebenarnya sudah diaplikasikan di luar mata uang kripto. Dalam dunia perbankan misalnya, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) telah menerapkan blockchain secara internal untuk mempercepat transaksi pembayaran dan mengurangi kompleksnya transaksi pada back office. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga sudah ada yang melirik blockchain, yakni PT Pos Indonesia. Perusahaan yang bergerak di bidang logistik ini mengembangkan Digiro.in, sebuah layanan giro yang mengadopsi teknologi blockchain. Selain dalam bidang-bidang yang sudah disebutkan di atas, teknologi blockchain juga telah diterapkan di bidang perpajakan. Di Indonesia, blockchain telah diaplikasikan oleh penyedia jasa aplikasi perpajakan bernama OnlinePajak. Seiring berjalannya waktu teknologi blockchain akan lebih powerfull jika disandingkan dengan Bigdata yang siap menghadapi transisi menuju era Industri 5.0. Sumber: G. Perboli, S. Musso and M. Rosano, “Blockchain in Logistics and Supply Chain: A Lean Approach for Designing Real-World Use Cases,” in IEEE Access, vol. 6, pp. 62018-62028, 2018, Nofer, M., Gomber, P., Hinz, O., & Schiereck, D. (2017). Blockchain. Business & Information Systems Engineering, 59(3), 183–187.
Read MorePada bulan Ramadan tahun 2021, alhamdulillah Prodi Teknik Logistik Institut Teknologi Telkom Purwokerto mendapatkan kesempatan untuk berbagi rejeki dengan anak-anak yatim dan terlantar di Panti Asuhan Masjid Gelora Indah. Penggalangan dana untuk acara bakti sosial ini merupakan acara yang diselenggarakan dengan bantuan dari anak-anak HMTL (Himpunan Mahasiswa Teknik Logistik), hal ini juga menjadi pengalaman pertama mengadakan baksos bagi mahasiswa-mahasiswa Teknik Logistik. Acara baksos dapat berjalan dengan lancar dan ditutup dengan senyum bahagia anak-anak panti. Semoga berkah… aamiin…
Read MoreHari Sabtu, 27 Februari 2021 Prodi Teknik Logistik ITTP mengadakan webinar series bernama Logistik Talk 1.0 yang mengangkat topik “Big Opportunities in Logistic Sector” dimana yang menjadi narasumber adalah Wahyu Kurniawan, ST., CICSP. yaitu Corporate Planning and Performance Measurement dari PT. Pos Logistik Indonesia. Acara ini membahas dan mendiskusikan mengenai kesempatan-kesempatan bisnis dalam sektor logistik dan ikut campur teknologi dalam memperlancar proses bisnis logistik. Proses bisnis logistik tidak dapat dipisahkan dengan manajemen rantai pasok karena pada dasarnya logistik merupakan aliran material atau barang dari vendor ke konsumen akhir. Logistik Talk 1.0 merupakan acara berbagai pengetahuan di bidang logistik dan berbagai keterlibatan perusahaan-perusahaan yang proses bisnisnya bergerak di bidang tersebut. Perusahaan logistik mulai mengembangkan teknologi yang dapat mendukung proses bisnis dengan membangun sistem informasi seperti e-commerce logistik. Dengan pengembangan teknologi ini dapat memotong atau menghapuskan beberapa proses bisnis di perusahaan logistik, sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi, serta meningkatkan profit perusahaan. Project Logistic mempunyai size business sebesar 10.4 dengan persaingan yang belum begitu ketat.
Read MorePenulis & Editor : Euralia Tihung Subantar Adalah hal yang lumrah ketika mendengar kata logistik bagi masyarakat pada umumnya. Logistik sendiri memiliki andil yang besar dalam dunia digital terutama pada era revolusi industri 4.0. Sangat terasa manfaat dari logistik apalagi dimasa pandemi saat ini. Dimana barang kebutuhan yang sulit dijangkau menjadi mudah dan terasa instant. Jarak bukan lagi kendala walaupun tidak untuk beberapa wilayah pedalaman di Indonesia yang masih mengalami keterbatasan dalam pembangunan infrastruktur, seperti pelabuhan dan jalan raya. Hal ini menjadi dilema masyarakat dan tantangan dalam dunia logistik. Sebab kerap kali, masyarakat melihat hanya dari satu sudut perspektif. Dengan mudah mengomentari sistem logistik tanpa mengetahui apa saja kendalah yang dialami. Sebagai contoh konkret, keadaan beberapa daerah pelosok di Indonesia bagian Timur, terutama Flores. Ketika proses pengiriman barang ke daerah yang bersangkutan, belum bisa dikatakan efisien. Karena masih memerlukan jangka waktu yang cukup lama dan ongkos kirim yang besar. Kendati demikian, barang kiriman juga tidak langsung sampai ke tempat tujuan. Sehingga, masyarakat pedesaan harus mengeluarkan lagi tambahan biaya yang cukup, untuk mengambil barang di kantor pengiriman baik berupa Pos, JNE atau J&T di pusat wilayah kota/kabupaten. Keresahan dan kekurangan inilah yang menjadi salah satu kendala bagi logistik Indonesia saat ini. Maka, sangat diharapkan agar pemerintah dapat berpartisipasi penuh dalam memajukan logistik Indonesia kedepannya dengan meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan logistik.
Read More