Kesiapan Humanitarian Logistics Indonesia dengan Melihat Kasus Gempa Filipina dan Pelajaran dari Jepang

Indonesia berada di pertemuan tiga lempeng besar. Kondisi ini membuat Indonesia sangat rawan gempa besar dan tsunami. Salah satunya adalah ancaman gempa megathrust di selatan Jawa yang dapat memicu tsunami tinggi dan merusak pelabuhan serta jalur distribusi (Adventari et al., 2021). Di sisi lain belum lama ini terjadi gempa 6,9 magnitudo di Cebu, Filipina yang menewaskan puluhan orang dan melukai ratusan lainnya. Banyak bangunan dan infrastruktur rusak berat. ​Sehingga, pemerintah Filipina menetapkan state of calamity sesaat setelah gempa. Pemerintah mengerahkan berbagai lembaga, termasuk coast guard, untuk membawa tenaga medis, tim SAR, dan air minum ke pusat evakuasi. Maskapai domestik juga diminta membantu mengangkut barang bantuan secara gratis. Negara tetangga dan lembaga internasional juga mengirim tim SAR, bantuan medis, dan peralatan logistik.​ Namun banyak hambatan masih terjadi. Jalan rusak dan titik distribusi bantuan jauh dari pusat kerusakan. Kapasitas pengungsian terbatas sehingga banyak warga harus tinggal di tenda dengan sanitasi yang buruk. Koordinasi antara pemerintah pusat dan lokal juga sulit, terutama dalam 72 jam pertama yang sangat krusial untuk menyelamatkan korban.​ Indonesia menghadapi tantangan serupa. Penelitian di Surabaya menunjukkan bahwa kesiapan penampungan darurat baru mencapai sekitar 0 – 34 persen dari standar minimum. Standar ini mencakup air bersih, sanitasi, keamanan lokasi, dan akses distribusi (Irsya dan Pamungkas, 2021). Artinya, jika terjadi gempa besar, banyak titik penampungan mungkin belum siap digunakan. Pengalaman gempa Palu tahun 2018 juga menegaskan masalah ini. Distribusi bantuan terhambat oleh jalan dan jembatan yang rusak. Koordinasi antar lembaga berjalan lambat. Moda distribusi alternatif seperti laut, udara, dan drone masih terbatas pemakaiannya (Satriawan, 2023). Kondisi ini membuat banyak bantuan terlambat sampai ke warga. Di sisi lain, Jepang memberi contoh praktik yang lebih siap. Jepang memiliki jalur transportasi darurat dan rute alternatif yang sudah direncanakan sebelum bencana. Ketika jalan utama rusak, bantuan masih bisa bergerak lewat rute lain. Negara ini juga memiliki budaya mitigasi kuat melalui kegiatan seperti Bousai no Hi dan latihan rutin di sekolah, komunitas, dan kantor (Widiandari, 2021). Saat gempa Noto Peninsula 1 Januari 2024, Jepang memanfaatkan peta kerusakan real-time dan sistem informasi yang terhubung antar lembaga. Data ini membantu mengatur rute distribusi bantuan dengan lebih cepat. Studi geolokasi menunjukkan banyak warga mulai evakuasi hanya dalam 2–6 menit setelah gempa. Hal ini menandakan tingkat kesiapsiagaan masyarakat yang tinggi (板谷智也 & イタタニトモヤ, 2024). Jepang juga memiliki banyak bangunan publik dan fasilitas evakuasi yang dirancang tahan gempa. Meski begitu, laporan masih mencatat kekurangan air dan sanitasi di beberapa lokasi pengungsian saat gempa Noto. Artinya, bahkan sistem yang sudah maju pun masih perlu terus diperbaiki (板谷智也 & イタタニトモヤ, 2024). Dari tiga contoh ini, terlihat perbedaan kapasitas humanitarian logistics antara negara berkembang dan negara maju. Filipina dan Indonesia sama-sama rentan terhadap kerusakan infrastruktur, kurangnya penampungan yang layak, serta koordinasi yang belum optimal. Jepang menunjukkan bahwa infrastruktur yang maju, jalur distribusi alternatif, teknologi informasi, dan budaya kesiapsiagaan dapat menekan jumlah korban meski gempa sangat kuat.​ Untuk menghadapi ancaman megathrust, Indonesia perlu mengambil pelajaran ini. Beberapa langkah penting adalah memperkuat infrastruktur evakuasi dan penampungan darurat, memperluas moda distribusi darat, laut, dan udara, serta mengembangkan sistem informasi logistik terpadu (Adventari et al., 2021). Selain itu, edukasi dan latihan kebencanaan bagi masyarakat perlu digencarkan agar warga dapat bereaksi cepat ketika gempa terjadi (Widiandari, 2021).                

Read More

DI BALIK PENYIMPANAN VAKSIN COVID-19: PERAN COLD CHAIN

Distribusi vaksin COVID-19 merupakan salah satu operasi logistik paling kompleks dalam sejarah kesehatan global. Keberhasilan program vaksinasi tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan dosis, tetapi juga oleh tata kelola distribusi dan pengawasan mutu sepanjang alur rantai pasok. Data global menunjukkan sebagian besar negara menerapkan vaksinasi universal atau memprioritaskan kelompok rentan, meskipun beberapa negara seperti Eritrea tidak memiliki penerima vaksin sama sekali dan Afghanistan serta Liberia hanya memberikan vaksin kepada pekerja kunci dan kelompok rentan (Hale et al., 2021). Kondisi ini menggambarkan adanya kesenjangan, tetapi juga kemampuan logistik masing-masing negara. JENIS JENIS VAKSIN COVID-19:Jenis vaksin COVID-19 yang digunakan secara global pun beragam, meliputi: Tantangan terbesar justru terletak pada aspek produksi massal, penyimpanan, dan distribusi vaksin yang masih minim dilaporkan di banyak negara (Ganasegeran et al., 2021). Jika tantangan ini tidak ditangani secara cepat, proses vaksinasi dapat berjalan lambat dan mengurangi peluang tercapainya kekebalan kelompok. Dalam kondisi inilah sistem cold chain menjadi komponen kunci untuk memastikan kualitas vaksin tetap terjaga sepanjang distribusi. APA ITU COLD CHAIN? Cold chain merupakan sistem yang menjaga kualitas produk biologis sejak proses produksi hingga titik pemberian dengan memastikan bahwa vaksin disimpan dan diangkut pada rentang suhu yang direkomendasikan. Karena vaksin bersifat sangat sensitive, maka penangannya harus dilakukan secara teliti dan konsisten. Ketidakstabilan suhu dapat menyebabkan kerusakan vaksin dan berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat. Chold chain dapat berupa standar (2-8oC) maupun deep-freeze (hingga -70oC), dengan kebutuhan infrastruktur yang luas dan biaya operasional yang tinggi. PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN VAKSIN COVID-19Dalam proses penyimpanan dan pengemasan, vaksin dikemas dalam beberapa lapisan. Pengemasan primer umumnya terdiri atas vial kaca, jarum suntik, penutup, dan segel. Kemudian, pengemasan sekunder dan tersier digunakan untuk mengurangi volume, menekan biaya logistik, serta menurunkan jejak karbon. Di fasilitas kesehatan, vaksin biasanya disimpan dalam lemari es atau freezer khusus farmasi, bahkan dalam beberapa kondisi dapat menggunakan kulkas rumah tangga yang memenuhi standar tertentu. Setiap jenis vaksin juga memiliki kebutuhan penyimpanan yang berbeda, yaitu: TRANSPORTASI DAN DISTRIBUSI VAKSIN COVID-19Pada tahap transportasi dan distribusi, persyaratan logistic vaksin harus memenuhi standar farmasi untuk pengiriman melalui udara, laut, maupun darat. Produsen vaksin wajib mematuhi kebijakan Food and Drug Authority serta ketentuan Federal Food, Drug, and Cosmetic Act. Untuk penggunaan darurat, otoritas menerbitkan Emergency Use Authorisation (EUA) yang mencakup dua jenis fact sheet sebelum vaksin dikirim ke berbagai negara, yaitu (Termini, 2021) : 1. Healthcare Providers Administering Vaccine (Vaccination Providers) 2. Recipients & Caregivers Proses distribusi melibatkan banyak stakeholder seperti pengirim, freight forwarder, perusahaan kargo udara dan darat, serta agen penanganan di titik tujuna (de Boeck et al., 2020). Seluruh pihak bekerja dalam suatu gugus tugas yang menangani aspek kesehatan-lingkungan, hubungan public, kebijakan pemerintah, komunikasi, serta kelangsungan operasi rantai pasok. Karena vaksin sangat rentan terhadap fluktuasi suhu, setiap pemangku kepentngan memiliki peran penting dalam menjaga kualitasnya, sebab paparaan suhu yang tidak sesuai dapat merusak vaksin dan mengganggu jalannya program vaksinasi. Sumber: Hale et al. (2021). Pandemic policy database; Ganasegeran et al. (2021). COVID-19 reproduction number & herd immunity; Fahrni et al. (2022). Cold chain logistics management; de Boeck et al. (2020). Vaccine distribution chains; Termini (2021). Public health & liberty in vaccination.

Read More

Kenalan dengan Silo Mentality : Bahasa Corporate yang Wajib Kamu Tahu!

Di dunia kerja, ada istilah yang sering muncuk tapi belum tentu dipahami semua orang, yaitu Silo Mentality. Kata Silo sendiri berarti tempat penyimpanan yang terpisah. Dalam organisasi, istilah ini menggambarkan pola pikir ketika tiap bagian hanya fokus pada kepentingan sediri, tanpa melihat tujuan besar perusahaan. Bayangkan sebuah gudang yang terbagi menjadi beberapa ruang tertutup tanpa akses keluar. Jika setiap ruang hanya memikirkan stoknya sendiri, alur distribusi pasti jadi kacau. Hal yang sama bisa terjadi di dalam perusahaan ketika setiap departemen bekerja sendiri-sendiri, sehingga komunikasi tersendat dan kolaborasi melemah. Silo mentality biasanya muncul karena beberapa hal. Berikut ini beberapa faktornya: Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa dampak silo terhadap organisasi sangat nyata. Sekitar 70% profesional dan eksekutif yang bergerak di bidang pengalaman pelanggan menganggap mentalitas silo sebagai hambatan terbesar dalam memberikan layanan yang baik (Harvard Business Review, 2025). Data ini memperlihatkan bahwa pola pikir yang memisahkan tim tidak hanya mengganggu komunikasi internal, tetapi juga dapat merusak kualitas interaksi dengan pelanggan dan mengurangi kecepatan perusahaan dalam merespon kebutuhan pasar. Untuk menghadapi masalah ini, banyak ahli sepakat bahwa kunci membongkar silo terletak pada “kerja sama, komunikasi, dan kolaborasi” yang konsisten di setiap tingkatan organisasi (Salesforce.com). Ketiganya membantu membangun jembatan antar departemen sehingga setiap individu dapat memahami bahwa keberhasilan perusahaan tidak bisa dicapai oleh satu tim saja. Bagi mahasiswa yang sedang mempersiapkan diri memasuki dunia kerja, mengenal istilah seperti silo mentality membantu memahami bagaimana dinamika organisasi berjalan. Pola piker ini tidak hanya terjadi di perusahaan besar, bahkan dalam proyek kecil di kampus, sikap ingin berjalan sendiri bisa menghambat keberhasilan kelompok. Dengan membiasakan diri untuk berkomunikasi dengan baik dan mengutamakan tujuan bersama, kita dapat membawa semangat kolaborasi yang sehat ke mana pun kita melangkah. Sumber : Harvard Business Review. (2025, Maret 17). 3 types of silos that stifle collaboration—and how to dismantle them; Salesforce. (n.d.). Breaking down sales silos.

Read More

3 Dampak Kebijakan Zero ODOL Terhadap Biaya Logistik, Ternyata Ini Solusinya!

Fenomena Over Dimension and Over Loading atau ODOL adalah sebuah masalah besar dalam sektor logistik Indonesia. Karena ODOL menyebabkan terhambatnya efisiensi, keamanan, dan daya saing nasional. ODOL sendiri merupakan kondisi ketika kendaraan angkutan barang melebihi batas dimensi dan muatan yang diizinkan pemerintah, sehingga menyebabkan kerusakan jalan, peningkatan biaya logistik, dan risiko kecelakaan yang tinggi. Bagi pelaku usaha praktik ODOL ini memang terlihat menguntungkan, tapi faktanya praktik ini justru merusak jalan, bikin boros BBM, dan risiko tinggi kecelakaan. Oleh karena itu, pemerintah menerapkan kebijakan Zero ODOL yang resmi diterapkan secara nasional mulai tahun 2025. Tujuannya adalah menekan tingkat kecelakaan dan menjaga infrastruktur jalan dari kerusakan akibat kendaraan yang melebihi kapasitas muatan. Namun, kebijakan ini menimbulkan tantangan baru yakni kenaikan biaya logistik yang signifikan. Berikut ini merupakan 3 dampak utama Zero ODOL terhadap biaya logistik beserta solusinya! Kebijakan Zero ODOL mewajibkan kendaraan pengangkut barang atau niaga hanya boleh mengangkut sesuai kapasitas standar menyebabkan Perusahaan harus menambah jumlah perjalanan untuk mengirim barang dengan volume yang sama. Hal ini, menimbulkan lonjakan biaya bahan bakar, operasional armada, tol, serta tenaga kerja. Menurut ALI (Asosiasi Logistik Indonesia), biaya logistic meningkat antara 30% sampai 40% sejak implementasi penuh ZERO ODOL (Kontan.co.id, 2025). Biaya transportasi yang meningkat menyebabkan biaya distribusi barang yang ikut melonjak. Lonjakan ini cenderung dibebankan ke konsumen dalam bentuk harga barang yang lebih tinggi. Sektor yang paling terdampak adalah barang pokok dan kebutuhan sehari-hari di wilayah dengan akses logistic yang terbatas. Padahal menurut Bappenas, sebelum penerapan kebijakan inipun, biaya logistik Indonesia sudah berada di angka 14,29% dari PDB, lebih tinggi dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand (Bisnis.com, 2023). Pelaku UMKM dan pengusaha daerah umumnya memiliki kendaraan angkutnya sendiri ataupun menggunakan kendaraan angkut yang di sewa namun, sering kali belum mampu mengganti armada logistik mereka sesuai regulasi Zero ODOL. Akibatnya, banyak usaha kecil yang kehilangan daya saing karena biaya kirim naik, margin usaha turun, dan distribusi menjadi lebih lambat. Lalu, bagaimana dengan solusinya? Ini dia solusi yang dapat diterapkan! Solusi agar kebijakan Zero ODOL tidak memberatkan meliputi penerapan transportasi multimoda yang menggabungkan angkutan jalan, laut, dan kereta untuk efisiensi biaya; penguatan ekosistem digital melalui National Logistic Ecosystem (NLE). Digitalisasi proses logistik melalui NLE mampu memangkas birokrasi, mempercepat alur distribusi, dan meningkatkan transparansi antara pelaku usaha dan pemerintah. Selain itu, Pemerintah perlu memberi bantuan pembiayaan untuk penggantian kendaraan yang sesuai standar ODOL. Peningkatan kapasitas SDM logistik menjadi kunci agar pelaku usaha dapat beradaptasi dengan sistem baru secara optimal. Pemberian insentif pembiayaan untuk konversi armada yang sesuai standar dan pelatihan SDM diberikan agar adaptasi kebijakan berjalan optimal dan berkelanjutan (Sitorus, 2022).Sumber: Kontan.co.id (2025). Urgensi Roadmap Kebijakan ODOL dan Hambatan Logistik Nasional; Bappenas. (2023). Ongkos logistik RI 14,29 persen, Bappenas: Negara maju 8 persen. Bisnis.com; Sitorus, B. (2022). Peranan Multimoda dan NLE. Jurnal Manajemen Bisnis Transportasi dan Logistik, Vol.8 No.1.

Read More

ECORISE: Aksi Nyata Mahasiswa Teknik Logistik Telkom University Purwokerto Jaga Ekosistem Laut Lewat Pelepasan Tukik

Cilacap, 27 Mei 2025 – Suasana sore di Pantai Sodong, Cilacap, menjadi saksi semangat puluhan mahasiswa dari berbagai kampus. Mereka datang bukan hanya untuk menikmati pemandangan laut, melainkan menjalankan misi penting yaitu melepas tukik (anak penyu) ke habitat alaminya sebagai bentuk kepedulian terhadap kelestarian ekosistem laut. Kegiatan ini merupakan bagian program REACT (Reach and Action) dari Digital Collaboration for Sustainability (DCS) Telkom University. Berawal dari Tim ECORISE Dinda Natasya Artaviana (S1 Teknik Logistik), Muhammad Hilmiy Nasthama (S1 Teknik Logistik) Dona Nur Tamara S1 Sains Data menjadi bukti nyata bahwa mahasiswa mampu berperan aktif dalam pelestarian lingkungan. Ketua Tim ECORISE, Dinda Natasya Artaviana, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya poin ke-14: kehidupan di bawah laut.“Lewat pelepasan tukik ini, kami ingin menunjukkan bahwa upaya menjaga lingkungan bisa dimulai dari langkah kecil. Kami ingin meningkatkan kesadaran bahwa laut juga harus kita jaga bersama,” kata Dinda. Kegiatan dimulai pukul 14.30 WIB dengan pembukaan oleh MC, dilanjutkan laporan kegiatan dari Ketua Tim Ecorise Dinda Natasya Artaviana, kemudian sambutan dari Kaprodi Teknik Logistik Ibu Nabila Noor Qisthani, S.T., M.T., serta Direktur DCS Telkom University. Setelah itu, peserta mengikuti sesi edukasi mengenai ekosistem penyu yang dipandu oleh tim konservasi setempat. Dalam sesi edukasi tersebut, peserta belajar bahwa penyu kerap menjadi korban pencemaran laut. Pak Jumawan, pengelola konservasi penyu Cilacap, membagikan kisah nyata tentang seekor penyu yang tidak mau makan karena menelan sampah plastik. “Waktu kami periksa, ternyata di kotorannya ada serpihan plastik. Ini bukti bahwa sampah di laut sangat berbahaya bagi hewan laut,” ujarnya. Dalam kegiatan ini, Ketua Program Studi Teknik Logistik, Ibu Nabila Noor Qisthani, S.T., M.T., turut menyampaikan pandangannya. Ia menekankan bahwa kegiatan ini sangat relevan dengan semangat keberlanjutan yang juga menjadi bagian dari sistem rantai pasok modern.“Sebagai bagian dari program studi yang menekankan pentingnya keberlanjutan dalam sistem logistik, kami ingin mahasiswa belajar langsung tentang bagaimana pelestarian lingkungan bisa berjalan seiring dengan praktik logistik. Kegiatan ini memberi pengalaman yang sangat bermakna bagi mereka,” tuturnya. Tukik yang dilepas adalah jenis penyu lekang, salah satu spesies yang kini jumlahnya terus menurun. Pelepasan dilakukan sekitar pukul 16.00 WIB. Waktu tersebut dipilih karena dianggap paling aman dari serangan predator laut.“Waktu sore adalah waktu terbaik untuk tukik menuju laut. Suhu lebih bersahabat, dan risiko ancaman dari hewan pemangsa jauh lebih kecil,” jelas Pak Jumawan. Sebanyak 50 mahasiswa turut serta dalam kegiatan ini. Mereka berasal dari beragam program studi dan kampus, seperti UGM, Amikom Yogyakarta, Amikom Purwokerto, serta berbagai jurusan di Telkom University Purwokerto, seperti Teknik Informatika, Sains Data, DKV, Sistem Informasi, dan tentu saja Teknik Logistik. Para peserta berkumpul di kampus Telkom University sejak siang, lalu berangkat bersama menuju Pantai Sodong menggunakan sepeda motor. Kehadiran mereka menjadi bukti bahwa isu lingkungan dapat menyatukan banyak pihak dari berbagai latar belakang. Kegiatan ini sebenarnya direncanakan sejak Maret, namun pelaksanaannya baru bisa dilakukan di akhir Mei demi menunggu tukik menetas. “Kami menyesuaikan jadwal demi kelestarian tukik. Ini bukan sekadar acara seremonial, tetapi momentum yang kami tunggu dengan serius,” kata Dinda. Kegiatan ini juga didampingi langsung oleh Bapak Miftahol Arifin, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing, serta para dosen Teknik Logistik lainnya yang turut hadir dan mendukung penuh kegiatan mahasiswa di lapangan. Melalui ECORISE, mahasiswa tidak hanya belajar tentang teori pelestarian lingkungan, tetapi juga terjun langsung dalam aksi nyata. Dengan melepaskan tukik ke laut, mereka mengirim pesan bahwa konservasi bisa dimulai dari tindakan sederhana namun berdampak besar. “Semoga akan lebih banyak kegiatan kampus yang mendukung keberlanjutan, dan lebih banyak mahasiswa yang peduli terhadap lingkungan. Karena masa depan laut ada di tangan kita juga,” tutup Dinda.

Read More

Tingkatkan Keselamatan Penderes Gula, IT Telkom Purwokerto Edukasi Para Pekerja

Tingginya kecelakaan kerja yang menimpa para penderes gula nira, Tim Dosen dari Institut Teknologi Telkom Purwokerto telah melaksanakan program inovatif untuk meningkatkan keselamatan dan kesejahteraan masyarakat. Melalui skema Pemberdayaan Mitra Usaha Produk Unggulan Daerah (PM-UPUD) yang dibiayai oleh DIKTI KEMENDIKBUD, program ini berfokus pada pemberdayaan masyarakat, khususnya para penderes gula nira yang rentan terhadap risiko kecelakaan kerja. Salah satu kegiatan utama dari program ini adalah pelatihan keselamatan bagi penderes gula nira, yang dilaksanakan mengingat tingginya angka kecelakaan kerja di kalangan penderes, termasuk kasus jatuh dari pohon kelapa yang sering berujung pada cedera serius bahkan kematian. Pelatihan ini memberikan edukasi tentang teknik kerja yang aman, penggunaan alat pelindung diri, serta prosedur keselamatan yang harus diikuti saat bekerja di ketinggian. “Kami sangat berterima kasih atas perhatian yang diberikan oleh Tim Dosen. Pelatihan ini membuat kami untuk lebih waspada dan memperhatikan keselatan saat bekerja,” ujar Manto, salah seorang penderes gula nira yang telah merasakan manfaat dari program ini. Para peserta dilatih untuk memahami risiko pekerjaan mereka serta cara menghindari kecelakaan yang dapat mengancam nyawa. Tak hanya berfokus pada keselamatan, program ini juga mencakup inisiatif pembangunan Dapur Bersih, sebuah fasilitas yang dirancang untuk mendukung produksi gula nira secara higienis. Dengan dapur yang lebih bersih dan terorganisir, produk gula nira yang dihasilkan oleh masyarakat diharapkan memiliki kualitas yang lebih baik dan aman untuk dikonsumsi.“Dapur bersih ini sangat membantu kami, terutama dalam menjaga kebersihan dan kualitas produk,” ungkap Siti, seorang ibu rumah tangga yang terlibat dalam produksi gula nira. Program ini juga memberikan pelatihan terkait keamanan pangan, yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya higienitas dalam proses produksi gula nira dan produk pangan lainnya. Dengan penerapan standar kebersihan yang lebih ketat, produk-produk lokal diharapkan dapat bersaing di pasar yang lebih luas. Sebagai bagian dari upaya meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat, program ini turut memperkenalkan pelatihan digital marketing. Masyarakat dilatih untuk memanfaatkan platform digital guna memasarkan produk mereka, sehingga dapat menjangkau pasar yang lebih luas dan meningkatkan potensi penjualan. Dengan bantuan teknologi, para pelaku usaha lokal diharapkan dapat mengoptimalkan peluang ekonomi melalui pemasaran online. Dengan serangkaian program ini, Desa Pernasidi diharapkan mampu menciptakan perubahan yang signifikan dalam hal keselamatan kerja, kualitas produk, dan kemampuan pemasaran. Program ini menjadi bukti nyata kolaborasi antara akademisi dan masyarakat dalam menciptakan inovasi yang berdampak langsung terhadap kesejahteraan masyarakat setempat.(*) Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Tingkatkan Keselamatan Penderes Gula, IT Telkom Purwokerto Edukasi Para Pekerja, https://jateng.tribunnews.com/2024/09/23/tingkatkan-keselamatan-penderes-gula-it-telkom-purwokerto-edukasi-para-pekerja.

Read More

Tim Dosen Teknik Logistik Merancang Alat Pemilah Telur Otomatis Berkolaborasi dengan Kemendiksaintek

Tim Dosen dari Telkom University Purwokerto merancang alatpemilah telur otomatis untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas produk di industri perternakan. Alat ini memisahkan telur berdasarkan ukuran dan berat menggunakan sensor load cell. Dengan prinsip gaya tarik magnet, telur yang lebih berat akan jatuh terlebih dahulu. Anto Farm merupakan salah satu UMKM di Wilayah Cilongok Banyumas yang bergerak di bidang Layer Farm dan juga Peternakan Ayam Pejantan. Cakupan pasaran Anto Farm berada di wiliayah Banyumas, Purbalingga, dan Cilacap. Tantangan utama yang dihadapi oleh Peternak Unggas daerah Banyumas dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Beberapa masalah eksternal seperti mengatasi jenis konsumen yang semakin selektif dilakukan dengan memberikan pilihan Grade Telur mulai dari Grade A, B, dan C. untuk faktor eksternal yang lain merupakan kejadian yang uncontrollable sehingga UMKM cenderung menerima kondisi eksternal tersebut. Untuk masalah internal seperti masalah pengolahan limbah, Anto Farm telah mengadopsi system Tumpang Sari dimana system tersebut merupakan perpaduan antara peternakan ayam dan budidaya ikan di kolam. Berdasarkan hasil wawancara masalah operasional yang belum dapat diatasi namun memungkinkan untuk dikontrol adalah permasalahan 1) Sortir telur manual, 2) pecah telur sesaat setelah ayam bertelur, dan 3) deteksi susut bobot krat telur dan unggas Ketika pengiriman.Secara umum implementasi Alat Sortir berpengaruh pada Penurunan beban operasional UMKM Peternakan dengan cara mempercepat waktu sortir sehingga barang cepat dikirim, memungkinkan perampingan karyawan sortir dalam jangka panjang, dan mitigasi telur pecah saat panen telur. Percobaan dilakukan dengan menggunakan Satu Peti telur atau 15 Kg dengan jumlah telur sebanyak 240 butir. Dimulai dari percobaan 1 menggunakan jumlah telur 1 krat (30 butir), hingga percobaan yang ke-5 menggunakan 1 peti telur. Sedangkan rata-rata waktu sortir dengan menggunakan Alat Sortir Telur Otomatis memiliki waktu rata-rata sortir sebesar 22.6 detik per telur. Sedangkan untuk implementasi alas telur juga berpengaruh pada penurunan defect telur secara signifikan, terjadi penurunan presentase jumlah defect telur dengan rata-rata penurunan sebesar 54%. Rata-rata defect pada telur dengan menggunakan Alas Telur tradisional adalah 7 butir per flok per hari. Setelah di terapkan alas stainless dan dilakukan pengamatan selama 5 hari maka diperoleh rata-rata defect per flok perhari adalah 3 Butir perflok perhari.

Read More

Upscaling Bisnis Kelompok Usaha Gula Kelapa

Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) ini dipimpin oleh Nabila Noor Qisthani, S.T., M.T., dosen Teknik Logistik, bersama dengan anggota tim Muhammad Iqbal Faturohman, S.T., M.B.A., M.Sc. dan Emmareta Fauziah, S.Ds., M.Ds., serta melibatkan enam mahasiswa dari berbagai program studi. Program PKM ini dilakukan di Desa Karangduwur, Kabupaten Kebumen, dengan sasaran mitra para pengrajin gula kelapa setempat. Adapun bantuan teknologi yang diberikan berupa dapur dan tungku bersih serta beberapa peralatan pendukung untuk meningkatkan produksi gula kelapa. Pengembangan Usaha Kelompok Pembuat Gula Kelapa di Desa Karangduwur melalui Kemasan Berbasis Identitas Budaya dan Penerapan Digital Marketing

Read More

Dosen Teknik Logistik menjadi Narasumber di Workshop Sinkronisasi Kurikulum SMK Prodi Teknik Logistik di SMKN 1 Tempel Sleman

Salah satu dosen Teknik Logistik IT Telkom Purwokerto. Miftahol Arifin, S.T., M.T., dipercaya untuk menjadi narasumber dalam workshop tentang “Sinkronisasi Kurikulum SMK Prodi Teknik Logistik” di SMKN 1 Tempel, Sleman. Workshop ini merupakan bagian dari upaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menyelaraskan kurikulum SMK dengan kebutuhan industri, khususnya dalam bidang logistik. Miftahol Arifin, dengan pengalaman dan pengetahuannya yang luas, diundang untuk berbagi wawasan mengenai tren terbaru, teknologi, dan best practices di bidang logistik kepada para guru SMK. Sebagai narasumber, Miftahol Arifin tidak hanya memberikan materi tentang konsep-konsep dasar logistik, tetapi juga membahas studi kasus nyata, tantangan industri, serta solusi inovatif yang dapat diterapkan di dunia pendidikan. Melalui sesi interaktif, para peserta workshop mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi langsung dan mendapatkan masukan berharga yang dapat mereka implementasikan dalam pengajaran sehari-hari. Kehadiran Miftahol Arifin sebagai narasumber diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di SMK, khususnya dalam program studi Teknik Logistik. Dengan penyesuaian kurikulum yang lebih relevan dengan kebutuhan industri, siswa-siswa SMK akan lebih siap menghadapi dunia kerja yang dinamis dan kompetitif.Workshop ini juga membuka peluang kolaborasi yang lebih luas antara IT Telkom Purwokerto dan SMK-SMK di seluruh Indonesia. Dengan sinergi yang baik antara institusi pendidikan tinggi dan sekolah menengah kejuruan, diharapkan dapat tercipta ekosistem pendidikan yang lebih kuat dan berkualitas.Kegiatan ini menjadi bukti nyata komitmen IT Telkom Purwokerto dalam mendukung pengembangan pendidikan vokasi di Indonesia. Semoga kolaborasi ini dapat terus berlanjut dan memberikan manfaat yang besar bagi semua pihak yang terlibat. Selamat kepada Miftahol Arifin atas kepercayaannya sebagai narasumber di workshop ini, dan semoga kontribusi beliau dapat menginspirasi banyak pendidik dan siswa di .

Read More

Dosen Teknik Logistik raih sertifikasi internasional Certified Supply Chain Analyst (CSCA)

Purwokerto, 13 Juli 2024 – Prestasi gemilang kembali ditorehkan oleh Nabila Noor Qisthani, seorang dosen di program studi Teknik Logistik IT Telkom Purwokerto, yang berhasil meraih sertifikasi internasional sebagai Certified Supply Chain Analyst (CSCA) dari International Supply Chain Education Alliance (ISCEA). Sertifikasi CSCA dari ISCEA dikenal sebagai salah satu sertifikasi paling bergengsi di bidang supply chain management. Untuk meraih sertifikasi ini, seorang kandidat harus melalui proses yang ketat dan komprehensif yang mencakup berbagai aspek manajemen rantai pasok, mulai dari perencanaan dan pengadaan hingga produksi, distribusi, dan logistik. Proses sertifikasi ini tidak hanya menguji pengetahuan teoretis tetapi juga kemampuan praktis dalam menerapkan konsep-konsep supply chain di dunia nyata. Nabila Noor Qisthani harus melalui serangkaian ujian yang menantang, di mana tingkat kesulitannya cukup tinggi. Ujian ini menuntut pemahaman mendalam tentang prinsip-prinsip supply chain, kemampuan analitis yang tajam, serta pemecahan masalah yang efektif. Selain itu, persaingan untuk mendapatkan sertifikasi ini juga sangat ketat, dengan banyak profesional dari seluruh dunia yang berlomba-lomba untuk meraihnya. Keberhasilan ini tidak terlepas dari dukungan penuh dari pihak kampus IT Telkom Purwokerto, serta dedikasi dan komitmen Nabila dalam mempersiapkan dirinya. Mengalokasikan waktu khusus untuk mempelajari materi ujian, mengikuti pelatihan intensif, dan melakukan simulasi ujian untuk memastikan dirinya siap menghadapi tantangan tersebut. Dengan meraih sertifikasi CSCA, Nabila Noor Qisthani tidak hanya mengukuhkan dirinya sebagai ahli di bidang supply chain, tetapi juga membawa harapan baru bagi kemajuan dunia logistik di Indonesia. Ilmu dan pengalaman yang diperolehnya diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa dan profesional lainnya, serta berkontribusi dalam pengembangan strategi dan inovasi di bidang logistik. Dalam pernyataan resminya, Rektor IT Telkom Purwokerto menyampaikan apresiasinya, “Kami sangat bangga atas prestasi yang diraih oleh Ibu Nabila Noor Qisthani. Sertifikasi CSCA ini merupakan bukti nyata dari dedikasi dan kompetensi tinggi yang dimiliki oleh tenaga pengajar kami. Kami berharap pencapaian ini dapat menginspirasi dosen dan mahasiswa lainnya untuk terus berprestasi dan memberikan kontribusi terbaik bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang logistik.”

Read More

Jl. D.I Panjaitan No. 128 Purwokerto 53147, Jawa Tengah – Indonesia

Telp

WA

Email

Website Official

Website PMB

Negara

Fakultas Teknik Telekomunikasi dan Elektro (FTTE)

Fakultas Informatika (FIF)

Fakultas Rekayasa Industri dan Desain (FRID)

Copyright ©2024 All Rights Reserved By Telkom University

Secret Link